Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, terjadinya tawuran, kekerasan, dan korupsi disebabkan hilangnya etika masyarakat. Hal itu terjadi karena masyarakat tidak punya sopan santun.

"Semestinya tidak perlu terjadi tawuran, demikian pula korupsi, karena korupsi adalah mengambil harta orang lain," kata Nuh seusai membuka Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional 2012 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin, 18 Juni 2012. Untuk mencegah kekerasan dan korupsi, kata dia, pendidikan etika harus diperkuat.

Kementerian Pendidikan, kata dia, memiliki tiga wilayah garapan serentak, yaitu logika, etika, dan estetika. Kalau logika, untuk penguatan rasionalitas; sedangkan etika menumbuhkan kesantunan di dalam berperilaku dan interaksi. Sementara estetika menampakkan keindahan. Penyelenggaraan festival dan lomba seni ini menggarap dua wilayah sekaligus, yaitu etika dan estetika.

Menurut dia, mestinya ketidaksepakatan bisa disampaikan dalam bentuk pantun, tidak dalam bentuk lempar-lemparan batu. Karena itu, Kemendikbud akan menyiapkan pendidikan logika, etika, dan estetika tersebut. "Berdebat pun ada seninya, yang santun," ujarnya.

Sebelumnya, Nuh mengimbau pemerintah daerah agar melakukan registrasi dan pendataan produk-produk budaya daerah. Tidak hanya namanya yang didata, tetapi juga sejarah, nilai, dan pesan moral dalam setiap produk budaya tersebut. Registrasi produk-produk budaya di tiap daerah akan bermuara ke registrasi produk budaya nasional, sehingga nantinya Indonesia memiliki data yang lengkap tentang produk-produk budayanya.

Produk-produk budaya tersebut dalam rangka melakukan eksplorasi dan konservasi warisan budaya di Indonesia. Eksplorasi warisan budaya Indonesia perlu dimulai dari daerah. Kalau Indonesia telah berhasil melakukan pendataan produk-produk budayanya, diharapkan tidak ada lagi produk budaya Indonesia yang diklaim sebagai budaya negara lain

TEMPO