Harga Minyak Tembus US$ 84/Barel di Pasar Asia


Harga minyak mentah berjangka dalam perdagangan Kamis naik setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk membantu pertumbuhan ekonomi. Selain itu, organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) juga tidak menaikkan produksinya, dalam pernyataannya yang dibacakan di Wina.

Kekhawatiran akan terjadinya kontraksi pertumbuhan global membuat beberapa anggota OPEC merencana akan memangkas produksi minyaknya sehingga mendorong kenaikan harga. Sebanyak 12 negara anggota setuju untuk tetap mempertahankan produksi minyaknya sebesar 30 juta barel per hari.




“Anggota OPEC juga mengkonfirmasi kesiapan mereka untuk segera merespon perkembangan guna mestabilkan harga jika dianggap berbahaya,” demikian isi pernyataan tersebut.

Harga minyak mentah jenis light sweet dalam perdagangan semalam ditutup naik US$ 1,29 (1,6 persen) menjadi US$ 83,91 di bursa komoditas New York. Di pasar elektronik Asia, harga minyak kembali naik US$ 0,46 (0,55 persen) menjadi US$ 84,38 per barel.

Beberapa para analis memperkirakan bahwa kartel minyak dunia akan menambah kuota produksi minyaknya, meskipun ada kekhawatiran bahwa OPEC akan memutuskan untuk memangkas produksinya untuk mendongkrak harga yang telah turun di bawah US$ 100 per barel sejak awal Mei lalu.

Pasar juga khawatir bahwa dampak sanksi Uni Eropa terhadap Iran yang secara resmi berlaku mulai 1 Juli. Namun Arab Saudi mengatakan akan meningkatkan produksinya untuk mengimbangi berkurangnya pasokan dari Iran.

Produksi aktual OPEC telah berada di atas kuota resmi, menurut survei Platts, dan menunjukkan produksi rata–rata 31,75 juta barel per hari di bulan Mei lalu.

Para investor juga mencerna data terbaru ekonomi AS untuk melihat prospek permintaan. Sebelumnya, data ekonomi AS menunjukkan bahwa angka klaim pengangguran naik 6 ribu jiwa menjadi 386 ribu jiwa. Sedangkan harga konsumen di bulan Mei lalu turun 0,3 persen, ini merupakan penurunan paling tajam dalam tiga tahun terakhir yang mencerminkan turunnya harga bensin.

“Data inflasi hanya sebuah ironi, sedangkan klaim pengangguran mingguan sangat mencemaskan,” kata Matt Smith, analis dari Summit Energy.

Harga gas alam untuk kontrak bulan Juli naik 31 sen (1,68 persen) menjadi US$ 2,495 per mBTU.

Energy Information Admistration (EIA) melaporkan bahwa persediaan komoditas tersebut naik 67 miliar kaki kubik hingga 8Juni lalu. Analis yang disurvei Platts memprediksikan sekitar 71–75 miliar kaki kubik.

“Rendahnya peningkatan persediaan dari perkiraan menunjukkan bahwa tidak banyak pengalihan dari penggunaan batu bara ke gas telah diantisipasi, atau produksi gas sendiri yang mungkin telah menurun dalam periode terakhir,” kata Tim Evans, analis energi dari Citigroup dalam Citi Futures Perspektif.

TEMPO.







BERITA LAINNYA:




Masukkan Email Anda Disini untuk dapatkan BERITA terbaru :

Delivered by FeedBurner




Share/Bookmark
41772-07
 
tv1one tv1one-Online.
Simplicity Edited by Ipiet's Template