Exit Strategy Demokrat dari Kasus Nazaruddin?


"Saya lihat perombakan ini dengan menampilkan orang yang tak kena getah dari Nazaruddin. Jadi supaya etalase partai tetap aman apabila sewaktu-waktu nanti ada masalah."

Gde Pasek Suardika tampak riang seperti biasanya. Pria lulusan sekolah hukum, dan pernah berprofesi sebagai wartawan itu, menyatakan siap bekerja ketika ditanya persiapannya untuk duduk di pimpinan Komisi III DPR.

Terkait benar tidaknya analisa yang menyatakan orang-orang Anas dibabat dari fraksi, Pasek menyatakan hal demikian tidak perlu ditanggapi karena analisa demikian berbasis halunisasi. Pasek menyebut publik seharusnya melihat rotasi itu sebagai suara pimpinan partai, tidak hanya sekedar suara individu-individu elit partai.

"Saya yakin penentuan pejabat baru fraksi tidak berdasar pada dia orang siapa, namun berdasar pada kapabilitas meningkatkan kinerja fraksi. Jadi ini murni karena kebutuhan partai," kata Pasek. "Jadi jangan dilihat pejabat baru adalah orang si ini atau si itu, tapi orang Demokrat."




Walau demikian, dia mempercayai bahwa yang terlempar dari jabatannya juga akan memperoleh tugas baru yang baik.

"Kalau yang belum dapat jabatan, pasti nanti ada skenario indah lanjutan," kata Pasek, dengan yakin.

Achsanul Qosasih, ketika ditanyai secara terpisah, mengatakan tidak mau mengedepankan prasangka tertentu bahwa dia 'dibuang' karena bukan bagian dari kelompok tertentu di elit partainya.

Achsanul mengaku legawa menerima rotasi itu, dan berjanji akan tetap fokus bekerja di Komisi XI DPR untuk mengamankan kebijakan-kebijakan Pemerintah.

"Rotasi inikan kebijakan DPP Partai. Pasti sudah dipertimbangkan dengan matang. Ini dunia politik, jadi banyak didasarkan pada pertimbangan politik. Tak bisa disamakan dengan dunia karir yang ada jenjang karirnya, " tutur Achsanul.

Tidak Menunjukkan Pembabatan Orang-orang Anas

Pengamat politik dari Charta Politika, Arya Fernandez, sepakat bila pergantian dan rotasi di Fraksi Demokrat tidak menunjukkan terjadinya pembabatan orang-orang Anas Yang terjadi, menurut dia, adalah penyegaran di level fraksi. Pemilihan Nurhayati disebutnya justru adalah strategi untuk meredakan konflik antarfaksi di internal Demokrat, dimana Nurhayati memiliki kapabilitas menjadi jangkar dan penengah.

Lalu bagaimana dengan Saan Mustopa? Mengapa dia tetap aman di posisinya sebagai Sekretaris Fraksi?

Menurut Arya, hal itu disebabkan sosok Saan yang memiliki kemampuan bertahan, pengalaman memimpin, dan kemampuan komunikasi, lobi, dan jaringan politik terpelihara secara baik. Hal ini berarti kedekatan Saan dengan Anas, yang merupakan sama-sama alumni HMI, bukanlah faktor utama.

"Saya kira kedekatan Saan dan Anas tidak menjadi variabel utama. Variabel utama yang mempengaruhi survival politik Saan adalah faktor-faktor di atas tadi," kata Arya di Jakarta, Kamis (25/5).

Sosok Saan memang dikenal dekat bukan hanya dengan Anas, namun juga dengan putra Presiden, Edhie "Ibas" Baskoro Yudhoyono, yang juga menjabat sebagai Sekjen Partai Demokrat. Kebetulan, Saan juga menjabat sebagai Wasekjen Partai Demokrat di bawah Ibas.

Burhanuddin Muhtadi, pengamat politik lainnya, juga menilai pendapat yang menganggap orang Anas dibabat habis adalah salah besar. Buktinya adalah keberadaan Gde Pasek Suardika yang merupakan pendukung die hard Anas. Burhanuddin melihat justru rotasi yang ada kurang sesuai dengan keinginan Marzuki.

"Kabar saya dengar, memang Bu Nurhayati kurang harmonis dengan Pak Marzuki," kata Burhanuddin.

Burhanuddin menyebut agak naif bila rotasi itu dikait-kaitkan dengan usaha uji pasar memunculkan nama Ani sebagai Capres masa depan Partai Demokrat. Karena Demokrat adalah 'kepemilikan' SBY, sehingga tak perlu sampai berusaha mati-matian menempatkan sosok tertentu di fraksi demi memuluskan langkah istri SBY itu.

"Jadi menurut saya rotasi itu tak ada kaitan dengan pencapresan Bu Ani, apalagi dikaitkan dengan keberadaan Nurhayati," tutur Burhanuddin.

Burhanuddin juga menganalisa, rotasi tersebut juga merupakan salah satu exit strategy Demokrat dari kemungkinan terbuktinya tudingan Muhammad Nazaruddin, bahwa sejumlah petinggi Demokrat terkait kasus korupsinya. Diantara pejabat lama yang paling banter disebut-sebut Nazaruddin adalah Jafar Hafsah dan Mirwan Amir, dua orang yang disingkirkan.

"Saya lihat perombakan ini dengan menampilkan orang yang tak kena getah dari Nazaruddin. Jadi supaya etalase partai tetap aman apabila sewaktu-waktu nanti ada masalah," kata Burhanuddin.

BERITASATU.COM







BERITA LAINNYA:




Masukkan Email Anda Disini untuk dapatkan BERITA terbaru :

Delivered by FeedBurner




Share/Bookmark
41772-07
 
tv1one tv1one-Online.
Simplicity Edited by Ipiet's Template